KODEMIMPI - China dan Amerika Serikat (AS) terus berlatih tempur dengan sekutu masing-masing. AS berlatih bersama dengan Korea Selatan, dan Jepang, sementara China berlatih bersama dengan Rusia.
South China Morning Post melaporkan, AS terus mengadakan latihan bersama dengan sekutu-sekutu mereka di Asia, salah satunya Korea Selatan (Korsel). Hal itu sebetulnya bertujuan untuk merecoki [Korea Utara] (Korut), namun hal itu juga mengirim peringatan kepada China.
Salah satu latihan yang telah terselenggara terjadi pada 20 Desember lalu. Latihan itu adalah respon terhadap peluncuran misil Korut.
Dalam latihan tersebut, beberapa jet tempur strategis AS seperti F-22 stealth fighters dan B-52 bombers dikerahkan untuk pertama kali.
Pada pernyataan bersama November lalu, menteri pertahanan AS dan Korea setuju untuk lebih banyak menggunakan aset strategis AS di semenanjung Korea. Itu bertujuan untuk melawan ancaman nuklir Korut.
Pada tahun ini, Korsel juga telah berencana mengadakan latihan bersama AS. Rencananya, AS dan Korsel akan mengadakan latihan kombinasi skala besar dengan menggunakan amunisi yang sesungguhnya (live-fire exercise).
"Kami masih melihat ada fase yang meningkat dari tensi militer yang berarti latihan gabungan masih akan diadakan," kata Direktur Korea Studies di Brookings Institution in Washington, Andrew Yeo.
"Meskipun, Korsel dan AS telah menawarkan diaog dan bantuan berupa insentif ekonomi, itu akan sulit diterima Korut," kata Yeo menambahkan.
Selain dengan Korsel, AS juga berlatih bersama dengan Jepang pada November lalu. Latihan ini bertujuan untuk mengganggu aktivitas militer China yang semakin intensif di Laut China Timur, di mana Kepulauan Diaoyu yang sedang dalam sengketa berlokasi.
Delapan pulau yang belum ditempati itu diklaim oleh China, Taiwan dan Jepang. Mereka menyebutnya dengan Senkakus.
Di luar kerjasama ini, AS juga terus meningkatkan kerjasama dengan sekutu lain mereka di Asia. Salah satunya diwujudkan dengan bantuan beragam senjata untuk Taiwan, yang sedang berseteru dengan China.
Bantuan tersebut disahkan pada September lalu dengan nilai US$11 miliar berupa sejumlah senjata seperti sistem radar, anti-kapal, dan anti-misil udara
Langkah-langkah AS itu meningkatkan kewaspadaan China. Presiden China, Xi Jinping pada Oktober lalu menuturkan pihaknya bakal melakukan segala cara untuk mengadakan unifikasi dengan Taiwan secara damai.
Namun Jinping menegaskan, China tak ragu untuk menggunakan kekuatan militer.
China sendiri telah mengadakan latihan bersama dengan Rusia di sebelah timur Laut China di dekat [provinsi Zhejiang]. Latihan itu diadakan di pekan yang sama dengan latihan bersama AS-Korsel.
Dalam latihan tersebut, lima kapal tempur dan selam milik China serta penghancur anti-kapal selam milik Rusia bergabung dalam latihan tersebut.
"Lewat kerjasama dengan Rusia, China ingin mengalihkan kebijakan AS yang memblokade kebangkitan mereka di wilayah Asia. Moskow juga berharap untuk menyelesaikan tekanan AS setelah invasi Ukraina, lewat kerjasama erat dengan Beijing," kata Kang Jun-young profesor studi China di Hankuk University of Foregin Studies di Seoul.